1. Apakah Psikologi
Olahraga?
Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya,
mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada yang
disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan
seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.
Ilmu
psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai
psikologi olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah
untuk membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat
dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan factor-faktor yang ada
dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga
adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang
lebih baik dari sebelumnya.
2. Mengapa Psikologi
Olahraga Diperlukan dalam Olahraga?
Meningkatnya
stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif, baik
dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka
dapat menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan
hasil pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini
seringkali menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya.
Para pelatih pun menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya
dalam pengendalian stres.
Psikologi
olahraga juga diperlukan agar atlet berpikir mengenai. mengapa mereka
berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui,
latihan-latihan ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan
tersebut.
3. Bagaimanakah Psikologi
Olahraga Dapat Membantu Atlet Agar Memiliki Mental yang Tangguh?
Mental
yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat melalui latihan
yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina aspek psikis atau mental
atlet, pertama-tama perlu disadari bahwa setiap atlet harus dipandang secara
individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya. Untuk membantu mengenal
profil setiap atlet, dapat dilakukan pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal
dengan “psikotes”,
dengan bantuan psikometri.
Profil
psikologis atlet biasanya berupa gambaran kepnbadian secara umum, potensi
intelektual. dan fungsi daya pikimya yang dihubungkan dengan olahraga. Profil
atlet pada umumnya tidak berubah banyak dari waktu ke waktu. Oleh karenanya,
orang sering beranggapan bahwa calon atlet berbakat dapat ditelusun semata-mata
dari profil psikologisnya. Anggapan semacam ini keliru, karena gambaran
psikologis seseorang tidak menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam
prestasi olahraga, karena banyak sekali faktor lain yang mempengaruhinya.
Beberapa aspek psikologis dapat diperbaiki melalui latihan ketrampilan
psikologis (diuraikan kemudian) yang terencana dan sistematis, yang
pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet terhadap program
tersebut.
B. Aspek-aspek Psikologis
yang berperan dalam Olahraga
Pengaruh faktor psikologis pada atlet akan terlihat
dengan jelas pada saat atlet tersebut bertanding. Berikut ini akan diuraikan
beberapa masalah psikologis yang paling sering timbul di kalangan olahraga,
khususnya dalam kaitannya dengan pertandingan dan masa latihan.
1. Berpikir Positif
Berpikir
positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah
positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet,
tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri
berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa
percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai
pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki ketrampilan
psikologis atau mental yang tangguh.
Pikiran
positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran
akan menuntun tindakan. Sebagai contoh, jika dalam bermain bulutangkis
terlintas pikiran negatif seperti, “takut
salah, takut out, takut bola pukulannya tanggung” dan
sebagainya, maka kemungkinan terjadi akan lebih besar. Karena itu cobalah dan
biasakan untuk selalu berpikir positif, hindari yang negatif. Demikian juga
dalam memberikan instruksi kepada atlet. Daripada mengatakan: “Kamu ini susah sekali sih
diajarnya…, salah terus…! Awas, jangan berhenti sebelum bisa!”,
lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif walaupun maksudnya sama: “Ayo, coba lagi pelan-pelan,
kamu pasti bisa melakukannya. Perhatikan, tangannya, begini… langkahnya, ke
sini… kena bolanya, di sini… ayo dicoba”.
Sebagai pelatih, tunjukkan Anda percaya bahwa atlet Anda
memiliki peluang untuk dapat berprestasi baik. Cemooh, celaan, dan kritik yang
pedas yang tidak pada tempatnya, justru akan membuat atlet bereaksi negatif dan
berakibat akan menurunkan motivasi yang diikuti dengan penurunan prestasi.
2. Penetapan Sasaran
Penetapan
sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu
membantu setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan
maupun dalam pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang,
menengah, sampai sasaran jangka pendek yang lebih spesifik.
Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu
diingat agar sasaran itu bermanfaat, yaitu:
a. Sasaran harus menantang.
Sasaran
yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk
dapat mencapai sasaran tersebut.
b. Sasaran harus dapat
dicapai.
Buatlah
sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa
bahwa sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika
sasaran terlalu tinggi, sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka
motivasi berlatihnya akan menurun. Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu
mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa tidak perlu berlatih keras karena
ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.
c. Sasaran harus meningkat.
Mulai
dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama
makin tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam
setiap latihanpun biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target
yang bersifat umum, lalu uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk
suatu kompetisi jangka panjang, uraikan menjadi target atau sasaran jangka
pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang ditetapkan tersebut,
hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula cara
mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik
pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya.
3. Motivasi
Motivasi
dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu
sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan
bahwa dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan
sesuatu.
Ditinjau
dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang
berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri
(intrinsik). Dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap
penampilannya dapat memperlihatkan motivasi yang kuat untuk bermain
sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan pertandingan.
Motivasi
yang baik tidak mendasarkan dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti hadiah
atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat, dan
lebih lama menetap adalah faktor intrinsik yang mendasarkan pada keinginan
pribadi yang lebih mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan diri daripada
hal-hal yang material.
Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran pelatih
dan orangtua sangat besar. Pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan
kepercayaan diri pada atlet secara positif. Ajarkan atlet untuk dapat
menghargai diri sendiri, oleh karena itu, pelatih harus memperlihatkan bahwa ia
menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen.
4. Emosi
Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan
perasaan atlet secara pribadi terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal
lain di sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti
senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-bentuk emosi
tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di
sini adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan
diri sendiri.
Pengendalian emosi dalam pertandingan olahraga seringkali
menjadi faktor penentu kemenangan. Para pelatih harus mengetahui dengan jelas
bagaimana gejolak emosi atlet asuhannya, bukan saja dalam pertandingan tetapi
juga dalam latihan dan kehidupan sehari-hari. Pelatih perlu tahu kapan dan hal
apa saja yang dapat membuat atletnya marah, senang, sedih, takut, dan
sebagainya. Dengan demikian pelatih perlu juga mencari data-data untuk mengendalikan
emosi para atlet asuhannya. yang tentu saja akan berbeda antara atlet yang satu
dengan atlet lainnya.
Gejolak emosi dapat mengganggu keseimbangan
psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut, kejang otot, dan sebagainya.
Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis maka konsentrasi pun akan
terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal. Seringkali seorang atlet
mengalami ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan
dimulai. Demikian hebatnya ketegangan tersebut sampai ia tidak dapat melakukan
awalan dengan baik. Apalagi jika lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak
berpihak padanya, maka dapat dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat
bermain baik. Konsentrasinya akan buyar, strategi yang sudah disiapkan tidak dapat
dijalankan, bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa.
Disinilah perlunya dipelajari cara-cara mengatasi
ketegangan (stress mana- gement). Sebelum pelatih mencoba mengatasi ketegangan
atletnya. terlebih dulu harus diketahui sumber-sumber ketegangan tersebut.
Untuk mengetahuinya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara pelatih
dengan atlet. Berikut ini dijelaskan secara terpisah mengenai aspek-aspek yang
berkaitan dengan emosi.
5. Kecemasan dan Ketegangan
Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan
kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan
perasaan tidak enak lainnya. Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi
tegang, sehingga bila ia terjun ke dalam pertandingan maka dapat dipastikan
penampilannya tidak akan optimal. Untuk itu, telah banyak diketahui berbagai
teknik untuk mengatasi kecemasan dan ketegangan yang penggunaannya tergantung
dari macam kecemasannya.
Sebagai usaha untuk dapat mengatasi ketegangan dan
kecemasan, khususnya dalam menghadapi pertandingan, lakukanlah beberapa teknik
berikut ini :
a. Identifikasikan dan temukan sumber utama dan
permasalahan yang menimbulkankecemasan.
b. Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam pertandingansesungguhnya.
c. Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.
d. Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau pengendoran otot-otot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.
e. Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat danberat.
f. Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta secara sadar bernapas dengan menggunakan diafragma.
g.Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).
h. Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan perhatian).
i. Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang diperlukan saat itu.
j. Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.
b. Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam pertandingansesungguhnya.
c. Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.
d. Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau pengendoran otot-otot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.
e. Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat danberat.
f. Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta secara sadar bernapas dengan menggunakan diafragma.
g.Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).
h. Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan perhatian).
i. Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang diperlukan saat itu.
j. Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.
6. Kepercayaan Diri
Dalam
olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah satu faktor penentu
suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa percaya diri terhadap
kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di bawah kemampuannya.
Karena itu sesungguhnya atlet tidak perlu merasa ragu akan kemampuannya,
sepanjang ia telah berlatih secara sungguh-sungguh dan memiliki pengalaman
bertanding yang memadai.
Peran pelatih dalam menumbuhkan rasa percaya diri
atletnya sangat besar. Syarat untuk untuk membangun kepercayaan diri adalah
sikap positif. Beritahu pemain di mana letak kekuatan dan kelemahannya
masing-masing. Buatkan program latihan untuk setiap atlet dan bantu mereka
untuk memasang target sesuai dengan kemampuannya agar target dapat tercapai
jika latihan dilakukan dengan usaha keras. Berikan kritik membangun dalam
melakukan penilaian terhadap atlet. Ingat, kritik negatif bahkan akan
mengurangi rasa percaya diri.
Jika
pemain telah bekerja keras dan bermain bagus (walaupun kalah), tunjukkan
penghargaan Anda sebagai pelatih. Jika pemain mengalami kekalahan (apalagi
tidak dengan bermain baik), hadapkan ia pada kenyataan objektif. Artinya,
beritahukan mana yang telah dilakukannya secara benar dan mana yang salah,
serta tunjukkan bagaimana seharusnya. Menemui pemain yang baru saja mengalami
kekalahan harus dilakukan sesegera mungkin dibandingkan dengan menemui pemain
yang baru saja mencetak kemenangan.
7. Komunikasi
Komunikasi
yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan
pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi
yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang
menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap
terbuka terhadap pelatih. Akibat lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan
atlet terhadap pelatih.
Untuk
menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pelatih perlu menyesuaikan
teknik-teknik komunikasi dengan para atlet seraya memperhatikan asas
individual. Keterbukaan pelatih dalam hal pogram latihan akan membantu
terjalinnya komunikasi yang baik, asalkan dilakukan secara objektif dan
konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang tujuan program latihan dan
fungsinya bagi tiap-tiap individu.
Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan
dibuat peraturan mengenai tata tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk
sanksi yang clikenakan jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang telah
dibuat tersebut. Jadi, hindarilah untuk memberlakukan suatu sanksi yang belum
pernah diberitahukan sebelumnya. Misalnya, seorang atlet minum Coca Cola dalam
latihan, lalu dihukum oleh pelatih. Atlet tersebut bingung dan bertanya-tanya
mengapa ia dihukum karena ia tidak pernah dijelaskan sebelumnya oleh pelatih
bahwa dalam latihan dilarang minum minuman bersoda.
Demikian pula dalam hal pelaksanaanya. Peraturan yang
sudah dibuat, haruslah dijalankan secara konsekuen. Artinya, jika seorang atlet
dihukum karena melanggar peraturan tertentu, maka jika ada atlet lain yang
melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat hukuman yang sama. Demikian
pula jika atlet yang sama melakukannya lagi di kemudian hari.
Pelatih pun perlu bersikap objektif dan berpikir positif.
Bersikap objektif maksudnya adalah bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta
apa adanya tanpa menyangkutpautkan dengan hal lain. Jika pelatih marah terhadap
atlet karena misalnya si atlet datang terlambat dalam latihan, maka hukumlah atlet
itu hanya atas keterlambatannya, jangan dihubungkan dengan hal-hal lain (ingat,
hukuman tersebut harus sudah tertera dalam tata tertib latihan).
8. Konsentrasi
Konsentrasi
merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek
tententu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin
lama ia dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting
peranannya. Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat
latihan, apalagi pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.
Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat
terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi lemparan, pukulan,
tendangan & tembakan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut
jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak
jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana
dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari keadaan
tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi.
9. Evaluasi Diri
Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk
mengenali keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan
agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya pada saat yang lalu
maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan keadaan dirinya ini maka pemain
dapat memasang target latihan maupun target pertandingan dan cara mengukurnya.
Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi hal-hal yang telah dilakukannya,
sehingga memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaik dan mencegah
terulangnya penampilan buruk.
Oleh karena itu, pelatih perlu menginstruksikan atletnya
untuk memiliki buku catatan harian mengenai latihan dan pertandingan. Minta
pemain untuk menuliskan kelemahan dan kelebihan diri sendiri, baik dalam segi
fisik, teknik, maupun mental. Kemudian koreksilah jika menurut Anda sebagai
pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau ada yang kurang.
Biasakan agar atlet mengisi buku tersebut secara teratur.
Ajak atlet untuk menuliskan di dalam bukunya hal-hal yang intinya sebagai
berikut:
- Target jangka panjang, menengah, dan jangka pendek
dalam latihan dan pertandingan.
- Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
-Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.
- Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi menghadapinya.
- Hasil dan jalannya pertandingan.
- Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk.
- Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.
- Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
-Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.
- Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi menghadapinya.
- Hasil dan jalannya pertandingan.
- Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk.
- Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.
Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh
setiap atlet. Namun perlu diingat bahwa pelatih jangan terlalu memaksa untuk
membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi bagian dan rahasia pribadi
mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet mempunyai bahan
bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi.
C. Persiapan PertandinganSetelah
atlet dilatih baik fisik, teknik, strategi, maupun mentalnya dengan program
latihan yang tepat, maka untuk menguji hasil latihannya adalah dengan lterjun
ke dalam pertandingan. Tentunya diharapkan bahwa setiap pemain akan dapat
menampilkan seluruh kemampuannya yang didapat dan latihan. Namun acapkali
pemain tampil di bawah form, artinya ia tidak dapat menampilkan seluruh
kemampuan yang dimilikinya pada saat pertandingan.
Untuk mengatasi hal seperti di atas, perlu diciptakan
situasi yang mendukung yang tercapainya prestasi optimal dan dilakukan perwapan
mental untuk menghadapi suatu pertandingan agar si atlet dapat menampilkan
seluruh kemampuannya, sehingga tercapailah prestasi puncak.
Ada empat tahap penting dalam persiapan menuju
pertandingan, yaitu
(1). Sebelum hari pertandingan
(2). Pada hari pertandingan
(3). Saat pertandingan
(4). Setelah hari pertandingan.
(2). Pada hari pertandingan
(3). Saat pertandingan
(4). Setelah hari pertandingan.
Berikut uraiannya dalam contoh persiapan pertandingan
bulutangkis:
1. Sebelum Hari
Pertandingan
a. Kumpulkan data mengenai kekuatan dan kelemahan lawan.
Jika memungkin- kan, putarlah rekaman pertandingannya. Kemudian susunlah
strategi untuk menghadapinya. Untuk pemain ganda, diskusikan strategi tersebut
dengan pasangannya.
b. Pantau kemajuan atlet, baik fisik maupun mentalnya
dengan memperhatikan bagaimana tingkat konsentrasinya, bagaimana irama, timing, power,
dan kelancaran menjalankan ketrampilannya serta sikapnya terhadap latihan
secara umum.
c. Pantau tingkat kecemasan atlet dengan melihat ekspresi
wajahnya apakah cerah atau murung: apakah sinar matanya letih atau segar dan
awas. Juga perhatikan suasana hatinya, bagaimana kualitas tidur dan makannya,
apakah ia mengalami faktor-faktor psikosomatis seperti sakit perut, nyeri otot,
sesak nafas, demam, batuk, keringat dingin, dan sebagainya.
d. Pada saat tidak latihan, pastikan bahwa atlet tidak
“hidup dan berpikir” mengenai pertandingannya 24 jam sehan. Berikan aktivitas
yang menyenangkan bagi dirinya yang dapat memberikan suasana gembira, sehingga
ia bisa mengalihkan pikirannya sejenak dari pertandingan.
e. Satu hari menjelang pertandingan, biasanya cukup
latihan ringan saja dan tidak perlu berada di lapangan terlalu lama. Pada malam
hari sebelum bertanding, tidurlah pada saat yang tepat, tidak perlu tidur
terlalu cepat. Sebelum tidur, lakukan latihan relaksasi dan visualisasi. Jika
pertandingan besok dilakukan pagi atau siang hari, siapkan alat-alat
perperlengkapan pertandingan, termasuk baju ganti dan perlengkapan cadangan
malam ini juga agar esok tidak terburu-buru. Pastikan semua dalam keadaan baik.
2. Pada Hari Pertandingan
a. Bangun tidur pada saat yang tepat, malamnya harus
tidur cukup dan tidak berlebihan. Kemudian lakukan aktivitas rutin kebiasaan
sehari-hari, seperti sembahyang, berdoa, stretching, sarapan (perhatikan kapan
harus makan dan apa yang harus dimakan), latihan relaksasi dan visualisasi,
memeriksa kembali perlengkapan pertandingan termasuk cadangannya. Mulailah hari
ini dengan gembira, optimis, dan berpikir positif.
b. Berangkatlah ke tempat pertandingan pada saat yang
tepat. Perhitungkan jarak ke tempat pertandingan, bagaimana mencapainya,
kemacetannya dan sebagainya. Tidak perlu berangkat terlalu cepat, namun jangan
sampai terlambat, sehingga tidak ada waktu untuk istirahat, penyesuaian dan
pemanasan.
c. Di tempat pertandingan pelatih perlu mengenali atlet
mana yang berada didekat teman-temannya dan mana yang lebih suka menyendiri.
Pastikan di lapangan mana atlet yang akan bertanding, jangan lupa melapor
panitia. Untuk pertandingan pertama, pastikan atlet sudah hapal dimana letak
ruang ganti, WC, ruang kesehatan, tes doping, tempat ganti senar, dan
sebagainya.
d. Sambil melakukan pemanasan, atlet hendaknya
meningkatkan level `semangat’ dlan tetap berpikir positif. Pelatih dapat
mengingatkan strategi yang akan diterapkan secara sekilas. Lakukan stroke
dengan penuh konsentrasi yang kemudian dapat dilanjutkan dengan’visualisasi
clan relaksasi.
3. Saat Bertanding
Saat bertanding tiba, bukan waktunya lagi untuk
memikirkan teknik memukul atau bagaimana harus melangkah. Itu semua sudah
dilatih dalam latihan dan sudah dihayati dalam visualisasi. Sekarang saatnya
tinggal mengulang-ulang kejadian yang sudah divisualisasikan dan melakukannya
sesuai dengan situasi saat ini. Sekarang adalah saatnya melakukan konsentrasi
penuh hanya pada bola dan jalannya pertandingan.
Anjurkan atlet untuk:
a. Memantau clan menyesuaikan tingkat kecemasan, lakukan
relaksasi.
b. Pusatkan perhatian semata-mata hanya terhadap
permainan yang sedang dijalani. Kesalahan yang baru atau pernah terjadi, clan
yang mungkin terjadi jangan dihiraukan.
c. Berpikir positif dan optimis, jangan biarkan
pikiran-pikiran negatif.
d. Jangan terlalu banyak menganalisa.
e. Bermainlah dengan irama sendiri, jangan terbawa irama
lawan.
f. Menjalankan strategi yang telah disiapkan. Jangan
diubah jika strategi itu berjalan. Lakukan evaluasi singkat, jika strategi
tidak jalan, lakukan penyesuaian dengan alternatif strategi yang sudah
dipersiapkan.
g. Hindari hal-hal negatif seperti, menyalahkan diri
sendiri secara berlebihan, berbicara terhadap diri sendiri berlebihan, berpikir
negatif, meragukan kemampuan clan menyerah sebelum pertandingan selesai.
h. Jika bermain bagus, jangan bertanya mengapa clan
mengganti apapun; biarkan berjalan demikian. Jangan mengendor jika sedang
leading (memimpin pertandingan), clan tidak perlu kasihan jika lawan mendapat
angka nol.
4. Setelah Hari
Pertandingan
a. Mintalah atlet mencatat hal-hal posisitf maupun
negatif yang dirasa berpengaruh terhadap penampilannya dalam pertandingan tadi.
Bukan hanya yang bersifat teknik, taktik, clan strategi, tetapi juga yang
bersifat mental, bahkan hal-hal kecil lainnya. Catat hasil tersebut dalam buku
evaluasi si atlet.
b. Evaluasi penampilan dalam pertandingan tadi. Apakah
mencapai sasaran?
c. Putuskan apakah perlu diadakan penyesuaian terhadap
program latihan.
d. Pusatkan perhatian terhadap aspek-aspek positif dari
penampilan dalam pertandingan.
D. Pelatih Sebagai Pembina
Mental AtlitPelatih dalam olahraga dapat mempunyai fungsi sebagai
pembuat atau pelaksana program latihan, sebagai motivator, konselor, evaluator
dan yang bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan dengan
kepelatihan tersebut. Sebagai manusia biasa, pelatih sama halnya dengan atlet,
mempunyai kepribadian yang unik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Setiap
pelatih memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu tidak ada pelatih yang
murni ideal atau sempura.
Dalam mengisi peran sebagai pelatih, seseorang harus
melibatkan diri secara total dengan atlet asuhannya. Artinya, seorang pelatih
bukan hanya melulu mengurusi masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan
olahraganya saja, tetapi pelatih juga harus dapat berperan sebagai teman, guru.
orangtua, konselor, bahkan psikolog bagi atlet asuhannya. Dengan demikian dapat
diharapkan bahwa atlet sebagai seorang yang ingin mengembangkan prestasi, akan
mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatihnya.
Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet
asuhannya harus dilandasi oleh adanya empati dan pelatih terhadap atletnya
tersebut.Empati ini merupakan kemampuan pelatih untuk dapat menghayati perasaan
atau keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat mengerti atletnya secara
total tanpa ia sendiri kehilangan identitas pnbadinya. Untuk mengerti keadaan
atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada
pada atlet yang bersangkutan. Pengetahuan sekadarnya saia tidak cukup bagi
pelatih untuk mengetahui keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau memahami
keadaan psikologi atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap orang
memiliki sifat-sifat khusus yang memerlukan penanganan khusus pula dalam
hubungan dengan pengembangan potensinya.
Kepribadian seorang pelatih dapat pula membentuk
kepribadian atlet yang menjadi asuhannya. Hal terpenting yang harus ditanamkan
pelatih kepada atletnya adalah bahwa atlet percaya pada pelatih bahwa apa yang
diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih adalah untuk kebaikan dan kemajuan si
atlet itu sendiri. Untuk bisa mendapatkan kepercayaan tersebut dari atlet,
pelatih tidak cukup hanya memintanya, tetapi harus membuktikannya melalui
ucapan, perbuatan, dan ketulusan hati. Sekali atlet mempercayai pelatih maka
seberat apapun program yang dibuat pelatih akan dijalankan oleh si atlet dengan
sungguh-sungguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar