Bercita-cita adalah berani berfikir pada saat sekarang tentang nasib
kita di masa yang akan datang. Apa saja yang kita pikirkan akan menjadi
kenyataan dimasa yang akan datang, kalau itu kita katakan dengan penuh
kesungguhan dan dilakukan berulang-ulang. Bercita-cita adalah sebuah instalasi
program ke dalam otak tentang apa yang akan kita capai di masa yang akan
datang. Sekali lagi cerita tentang sebuah taksi. Kali ini penumpangny adalah
seorang ibu setengah baya. Setelah duduk di kursi belakang, serta merta sang
supir bertanya kepada penumpangnya, “Ibu mau kemana?”. Penumpang itu menjawab,
“Enggak tau”. Si supir mengulang pertanyaannya dengan nada lebih dikeraskan,
barangkali si Ibu tadi agak kurang baik pendengarannya, “Maaf, Ibu minta
diantar kemana?” penumpangnya tetap menjawab dengan datar,”Enggak tau!”. Kalau
anda jadi supir taksi, kira-kira penumpang antik tadi mau anda antar kemana?
Anda tentu akan mengatakan pada ibu itu, “kalau ibu tidak tahu akan pergi
kemana, bagaimana saya tahu harus mengantarkan ibu kemana?”. Jika kita tidak
mengetahui apa yang akan kita capai, bagaimana mungkin kita bisa
mendapatkannya. Mikir punya uang 1 Milyar saja tidak pernah, bagaimana mungkin
kita mendapatkannya.
Napoleon Hill
mengatakan bahwa cita-cita adalah bentuk akhir dari seluruh rencana kita. Tuhan
sendiri tidak akan berkenan untuk mengubah nasib hambanya, kalau hambanya itu
sendiri tidak akan mengubahnya. Mantan Presiden Ford pernah mengatakan “Apa
yang anda pikirkan akan menjadi kenyataan, baik berfikir bisa atau tidak bisa. Oleh
karena itu, berfikirlah menjadi juara, anda akan menjadi juara.
Bayangkan bila zaman
dahulu tidak ada orang yang berani berfikir tentang energi listrik, seperti
Thomas Alfa Edison, mungkin sampai saat ini kita masih menggunakan obor.
Namun sekali waktu
tanyakan kepada anak anda, boleh juga kepada teman-taman sekolahnya, “Dua puluh
tahun lagi kalian ingin jadi apa? “bisa jadi jawabannya akan sangat beragam,
namun sebagian besar akan kebingungan menjawab. Ibaratnya jika mereka dilepas
ke tengah lapangan di pusat kota kemudian diperintahkan untuk pergi kemana saja
bisa dipastikan mereka akan kebingungan. Hendak pergi ke arah barat, timur,
utara ada pula yang hanya berputar-putar tanpa tahu tujuannya/. Bahkan ada
seorang anak kelas 2 SD ketika ditanya apa cita-citanya, ia menjawb, “Saya
pengen menjadi tukang parkir” (?!) anda tidak usah heran, karena dalam persepsi
anak, tukang parkir itu pekerjaan yang paling enak, tinggal nongkrong, teriak,
“kanan-kiri, stop!, balas!. Terus terima duit
Nah kita harus
memahamkan kepada anak dengan bahasa yang mudah dimengerti (contoh seperti
cerita ibu naik taksi tadi) bahwa cita-cita it sangat diperlukan untuk
menentukan kemana arah yang hendak dituju dalam hidup ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar