
Napoleon Hill
mengatakan bahwa cita-cita adalah bentuk akhir dari seluruh rencana kita. Tuhan
sendiri tidak akan berkenan untuk mengubah nasib hambanya, kalau hambanya itu
sendiri tidak akan mengubahnya. Mantan Presiden Ford pernah mengatakan “Apa
yang anda pikirkan akan menjadi kenyataan, baik berfikir bisa atau tidak bisa. Oleh
karena itu, berfikirlah menjadi juara, anda akan menjadi juara.
Bayangkan bila zaman
dahulu tidak ada orang yang berani berfikir tentang energi listrik, seperti
Thomas Alfa Edison, mungkin sampai saat ini kita masih menggunakan obor.
Namun sekali waktu
tanyakan kepada anak anda, boleh juga kepada teman-taman sekolahnya, “Dua puluh
tahun lagi kalian ingin jadi apa? “bisa jadi jawabannya akan sangat beragam,
namun sebagian besar akan kebingungan menjawab. Ibaratnya jika mereka dilepas
ke tengah lapangan di pusat kota kemudian diperintahkan untuk pergi kemana saja
bisa dipastikan mereka akan kebingungan. Hendak pergi ke arah barat, timur,
utara ada pula yang hanya berputar-putar tanpa tahu tujuannya/. Bahkan ada
seorang anak kelas 2 SD ketika ditanya apa cita-citanya, ia menjawb, “Saya
pengen menjadi tukang parkir” (?!) anda tidak usah heran, karena dalam persepsi
anak, tukang parkir itu pekerjaan yang paling enak, tinggal nongkrong, teriak,
“kanan-kiri, stop!, balas!. Terus terima duit
Nah kita harus
memahamkan kepada anak dengan bahasa yang mudah dimengerti (contoh seperti
cerita ibu naik taksi tadi) bahwa cita-cita it sangat diperlukan untuk
menentukan kemana arah yang hendak dituju dalam hidup ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar