Rabu, 01 Mei 2013

BIARKAN ANAK BERGERAK BEBAS

 
Permainan seperti Video Game atau Game Watch yang sekarang digemari anak-anak tidak menunjang aktivitas anak. Padahal aktivitas itu sangat diperlukan untuk melatih keterampilan fisiknya. “otot anak usia prasekolah dan taman kanak-kanak di kota biasanya tidak cukup berkembang,” kata dr. Sadoso Sumasordjuno, spesialis ilmu kedokteran olahraga.
                Anak-anak itu kurang terlatih untuk aktivitas fisik, seperti meloncat, berlari dan kegiatan olahraga lainnya. Padahal itu dapat mempengaruhi fungsi faal dasarnya. “Biarkan anak bebas bergerak sesuai dengan umur mereka. Jangan terlalu dilarang. Semakin banyak bergerak, semakin baik untuk otot-ototnya. Justru kalau anak hanya diam saja, orang tua patut curiga jangan-jangan anak itu tidak sehat,” lanjutnya.
                Anak umumnya mempunyai rasa ingin tahu yang besar, karena perkembangan keterampilan yang diberikan sejak dini biasanya juga mudah diserap oleh anak. Kegiatan fisik anak berkembang sesuai dengan pertambahan umurnya. Anak usia prasekolah 3-4 tahun lebih menekankan aktivitas fisik menyerupai senam, seperti akrobatik, meloncat dan melengkungkan badan. Untuk anak usia 5-7 tahun kecuali aktivitas senam, disertai pula dengan pemanasan dan ketangkasan.
                Dorongan orangtua agar anak-anaknya mengikuti aktivitas olahraga akan mempengaruhi kesegaran jasmani anak tersebut. Pada tahap awal keuntungan yang diperoleh anak, antara lain, ia belajar mengikuti petunjuk, mengembangkan keterampilan mendengarkan, mengembangkan kelenturan tubuh melalui latihan peregangan, dan menyempurnakan koordinasi antara tangan dan mata.
                Bahkan aktivitas tersebut bisa membuat anak menjadi lebih siap untuk membaca! “Nampaknya memang aneh, tetapi aktivitas persepsi motorik dini, dengan mengembangkan perbendaharaan kata dan pendengaran itu, merupakan suatu pacuanpada fisik untuk belajar membaca,” tambah Sadoso.
EFEK OLAHRAGA
Agar anak tertarik untuk mengikuti kegiatan olahraga sederhana itu, sebaiknya oranguta pun turut aktif berolahraga. Dengan begitu, untuk anak maupun orangtua senam bukan suatu beban, melainkan suatu kesenangan yang juga memupuk kreativiatas. Ada berbagai macam latihan yang bisa dilakukan, misalnya dengan balok keseimbangan, bergantung di tali, berguling, palang tunggal dan sebagainya.
                Mengutip hasil penelitian mengenai efek latihan olahraga pada pertumbuhan anak, dr. Sadoso menyatakan, umumnya anak-anak yang mengikuti latihan olahaga dengan takaran yang cukup, pertumbuhan badannya cenderung lebih baik. Mereka tumbuh lebih tinggi, badannya lebih berat, lingkar dadanya lebih luas, dan persendian lututnya juga lebih besar. Jadi, aktivitas fisik itu membantu pertumbuhan anak. Latihan olahraga yang dilakukan sejak dini dengan takaran yang cukup, juga mempengaruhi keterampilan, ketegaran, dan keberanian seseorang. Mereka juga mempunyai tingkat kebugaran yang tinggi, tidak cepat capek.
                Selain itu, seorang anak yang tidak dibiasakan melakukan aktivitas fisik sejak dini juga punya kecenderungan tumbuh menjadi gemuk. Bila itu tidak segera diatasi, ia akan bisa mengalami masalah obesitas. Problem ini tidak hanya membebani anak secara mental, tetapi biasanya juga mengundang penyakit.
KOMPONEN
Ada empat komponen kesegaran jasmani yang penting, yaitu kelenturan (flexibility), kekuatan (strength), daya tahan otot (muscular endurance), dan daya tahan jantung pernapasan (cardiorespiratory endurance), Kelenturan adalah kemampuan untuk menggerakkan anggota badan yang maksimal. Misalnya, untuk memperbaiki kelenturan pinggang, caranya dengan melengkungkan badan ke depan pada pinggang, dan dada digerakkan menuju lutut.
                Sedang kekuatan adalah kemempuan otot untuk mengembangkan suatu tegangan yang menghasilkan kekuatan. Kekuatan yang dinamis seperti lari, lompat, kekuatan balistik ditunjukkan misalnya dengan gerakan melempar, menendang, dan memukul. Sedang kekuatan isometrik adalah kemampuan untuk menstabilkan badan.
                Memperbaiki daya tahan otot dapat dilakukan dengan cara menambah jumlah waktu atau ulangan ketika melakukan latihan olahraga. Daya tahan otot ini diperlukan untuk bergerak berulang-ulang. Pada gerakan push up, misalnya, kekuatan diperlukan untuk menampilkan gerakan itu, dan daya tahan otot diperlukan untuk melakukan push up berulang-ulang
                Sementara daya tahan jantung-pernapasan adalah kemampuan jantung dan paru-paru untuk menyediakan oksigen dan zat makanan yang cukup bagi otot-otot yang aktif bergerak, serta membuang sisa metabolisme otot. Cara untuk memperbaiki daya tahan jantung-pernapasan ini antara lain dengan lari dan melompat minimal 10 menit.
LATIHAN  TERATUR
Untuk mendapatkan kebugaran tubuh diperlukan latihan yang teratur. Tanpa latihan yang teratur biasanya kebugaran pun akan menurun. Hasrat untuk bergerak pada anak sangat besar. Mereka senang melakukan berbagai permainan yang banyak melibatkan aktivitas fisik. Kalau sekali-sekali malas itu wajar. Tetapi bila itu berkelanjutan, kemungkinan anak tersebut sakit.
                Ada tiga prinsip yang diberikan Sadoso agar latihan yang dilakukan bermanfaat bagi kesegaran jasmani anak, yaitu beban lebih, kemajuan dan kekhususan. Beban latihan perlu ditambah agar latihan ada manfaatnya. Misalnya, hari ini keliling ruangan satu kali, bebarapa waktu kemudian harus ditambah sebanyak dua kali, tiga kali dan seterusnya. “jangan khawatir anak menjadi kecapekan. Biasanya kalau merasa capek, anak otomatis akan berhenti sendiri,” ucapnya.
                Yang dimaksudkan kekhususan adalah suatu hasil yang diharapkan bila melakukan latihan tertentu. Untuk anak, ia menganjurkan agar latihan dibuat lebih bervariasi agar anak tidak bosan, dan perkembangannya tidak terbatas pada otot-otot tertentu saja. Misalnya, hari ini lari, besok naik sepeda, kemudian berenang, dan hari berikutnya melakukan latihan yang banyak unsur lompatnya. “Selain menambah beban, juga dianjurkan untuk menaikkan frekuensi latihan secara bertahap.”
                                                                                             (Sani Sanusi/ Chris Pudjiastuti) harian Kompas
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar