Senin, 29 November 2021

PAHlAWANKU

PAHLAWANKU

Hasan Albana, M.Pd

 

            Suara jeritan itu semakin mengecil di tengah kampung padat penduduk yang bercirikan gang Silet di ujung balai RT, “Ya Allah…! Sakiiiit, sakiit sekali. Seorang wanita terguling-guling memegang bagian bawah perutnya sembari menahan sakit. Sementara kondisi rumah terkunci dari luar dan 2 orang anaknya tertidur pulas. Rasa sakit itu tak tertahan
kan beberapa jam. Hingga, pintu itu terbuka oleh seorang lelaki.

Seperti biasanya, ketika pulang sore hari lelaki tersebut pasti disambut dengan senyum manis wanita muda di depan pintu. Tetapi hari itu, ia merasa heran karena rutinitas itu tidak tampak. Sembari memanggil-manggil ‘istriku..istriku..!. lelaki itu tidak mendapati istrinya berada di beberapa ruang. Ia menjadi shock ketika mendapati istrinya tersungkur di pojok dapur dengan muka pucat menahan sakit. Spontan melompat, lelaki itu segera menggendong istrinya dan terus beristighfar, ia periksa kondisi tubuh istrinya terlebih dahulu dengan menekan bagian dada hingga kepala sekedar memastikan ia baik bak saja dan masih hidup.

“mas…, sakiittt..! ‘lirih suara dari bibir pucat sang istri.

            Tanpa berfikir panjang, lelaki itu berlari dengan menggendong istrinya menuju rumah sakit. Kala itu tahun 1986, belum ada kendaraan semudah saat ini seperti grab, gojek dsb, sehingga lelaki itu dengan tubuhnya yang kekar berlari menggendong sejauh 1500 meter menyusuri jalan. Di tengah-tengah nafas yang tersengal-sengal, terdengar suara gemuruh dan petir pertanda hujan akan turun, langit semakin gelap dan awanpun tak kuasa menahan air di langit. Suasana semakin mencekam ketika hujan turun dengan derasnya seketika.

            Rintik air mata menjadi ambigu, ia menetes begitu deras dengan ditemani oleh tangisan awan. Gemetar tubuhnya, otot-otot yang kuatpun mulai melemas. Jarak 300 meter lagi terasa sangat berat, papan besar bertuliskan RSSA Malang terasa jauh, diatas jembatan lelaki tersebut mendongak keatas dan berteriak ‘Ya Allah… bantu kami untuk bisa sampai ke rumah sakit, tolonglah istirku..!’. Semangat untuk segera sampai ke rumah sakit kembali membara tatkala bibir pucat itu lirih bersuara ‘mas….., dikit lagi sampai, aku masih bisa bertahan”. kata sang istri

            Basah kuyup tak digubris, dengan mantab mengucap ‘bismillah ya Allah.. bantu kami…”, lelaki itu terus berlari hingga sampai pada pintu UGD yang terbuka lebar. Dokter segera menanyakan apa gerangan yang terjadi pada ibu tersebut.

            “dokter..dokter.. tolong istri saya..!. kata lelaki tersebut dengan nada sedikit tinggi

            “tenang pak, tenang, tolong ibu diletakkan di ruangan ini, akan kami periksa terlebih dahulu” kata dokter. Segera pertolongan pertama diberikan oleh dokter sehingga wanita itu tidak merasakan sakit lagi.

            Ditengah waktu menunggu yang lama, akhirnya dokter keluar dari ruangan dan mengabarkan perihal istrinya. Dokter mencari ruang kosong dan mengajak lelaki tersebut “Pak, Istri bapak terkena kanker..!, yang sabar ya.”,

Mendengar hal tersebut lelaki tersebut seperti disambar petir, pikirannya kemana-mana, hidup tanpa saudara di tanah rantau Kota Malang. Ia Nampak sedih, karena gajinya sebagai seorang guru muda sekolah swasta tentu tidaklah cukup, uang kontrakkan yang terus menunggak serta kebutuhan susu 2 anaknya yang masih kecil senantiasa menghantuinya, ia nampak linglung. Tatapannya kosong. Hingga dokter menepuk pundaknya. “pak..pak…, sadar pak..” kata dokter

            “iya dokter, terima kasih. Apa yang harus saya perbuat ? tanya lelaki tersebut.

Bapak tinggal menuju loket itu untuk mengisi formulir persetujuan operasi pengangkatan daging yang tumbuh di salah satu ovarium istri bapak. Hari ini juga istri bapak harus mendapat transfusi darah karena ia sangat pucat dan kurang darah. Untung tidak terlambat pak, kalau tidak nyawa istri bapak tidak akan tertolong” imbuh dokter

            Lelaki itu berjalan lunglai menuju loket, petugas menyodorkan surat dengan nominal biaya operasi yang sangat tinggi. Terpaksa lelaki tersebut harus menandatangani supaya proses operasi dilaksanankan segera.

            Lelaki tersebut menitipkan istrinya ke dokter untuk dirawat di rumah sakit. Ia berjanji akan kembali dengan membawa uang sesuai nominal biaya agar segera dilakukan tindakan.

Ia berjalan kaki kembali menuju rumah, sampai di depan pintu ia mendapati kedua anaknya menangis mencari cari orang tuanya. Ia memeluk kedua anaknya sembari menangis. Setelah menenangkan kedua anaknya, ia berupaya mencari cari barang yang ia punya untuk dijual sebagai biaya operasi istrinya. Namun sayang, tidak ada satupun harta yang ia miliki yang nilainya besar untuk dijual, karena ia baru 2 tahun merantau di kota itu.

Ia pun bertamu ke tetangganya yang juga seorang guru, ia meminjam uang dengan persyaratan yang diberikan oleh temannya tersebut, yaitu bekerja di malam hari selama 6 bulan sebagai pencuci piring di warungnya. Lelaki itu mengiyakan karena ia sangat butuh uang tersebut segera.

Setelah mendapatkan uangnya, ia bergegas menuju rumah sakit untuk membayar biaya operasi. Akhirnya istrinya bisa dioperasi. salah satu ovarium dari istrinya terpaksa harus diangkat, supaya kanker tidak menjalar ke bagian tubuh lainnya.

kini sang istri telah dioperasi dan mulai membaik kondisinya. semasa di rawat di rumah sakit, lelaki tersebut berjuang merawat kedua anaknya dan malam harinya harus bekerja tambahan mencuci piring hingga malam. sang istri tidak tahu kalau suaminya setiap hari harus bekerja lagi hingga larut malam demi melunasi pinjaman uang untuk keperluan operasi

akhirnya sang istri diperkenankan untuk pulang karena telah sembuh. sesampai di rumah ia mulai mengetahui semuanya bahwa suaminya setiap hari bekerja keras demi kedua anaknya dan dirinya. wajah ceria selalu ditunjukkan suaminya meskipun hidup terasa berat.

setiap hari yang ia makan hanyalah nasi dan garam, hingga 6 bulan lamanya hutang lelaki tersebut telah lunas dan tugas tambahan membantu mencuci piring telah usai. sang istri baru mengetahui kalau setiap malam suaminya membantu warung makan untuk mencari tambahan uang.

_________________________________________

 

34 tahun berlalu. Sosok perempuan dengan tubuh punggungnya sedikit miring tetap cantik terlihat awet muda. Ia selalu gembira mendapati putra putrinya bisa berkumpul di rumah induk setiap bulannya. sosok lelaki yang dulu kekar sekarang mulai renta dengan gigi palsu terpasang rapi.

            mereka berdua setiap hari ahad duduk di atas kursi didepan anak dan cucu-cucunya bercerita tentang awal kisah hadir ke kota Malang. kampung halaman yang berjarak ribuan kilometer tidak menghalanginya untuk mencari ilmu dan mengadu nasib di Malang. pulau kecil tepat di pesisir pantai di ujung Timur Indonesia ia tinggalkan hingga tahun 2021 tiba.

Dengan semangat lelaki tersebut menceritakan bahwa kisah suka dan duka telah dilaluinya semasa muda. merantau jauh bersama istrinya tanpa ada saudara sungguhlah berat kala itu. gaji seorang guru yang sangat kecil, kendaraan vespa yang sering rusak, dan sebagainya. pernah suatu ketika, rutinitasnya sebagai seorang muballigh harus terjadwal khutbah di kota Lawang yang jaraknya 30 KM dari rumahnya, kendaraan vespa butut dipakainya meluncur menuju masjid. malang kala itu, ban belakang vespanya harus lepas dan terjatuh hingga terluka berdarah-darah. kisah pilu lainnya adalah tatkala kondisi paceklik tidak ada uang, ia harus berpuasa berhari-hari demi anak anaknya tetap makan. ia sembunyikan kegelisahannya, berdua ia mrintih menangis hanya berharap kepada Rabbnya, dua tangan diangkatnya, sajadah terhampar menjadi tempat rintikan tangis. mengadu di tengah lampu minyak yang redup syahdu sepertiga malam.

Seluruh cucu-cucunya nampak serius menyimak cerita lelaki tersebut. hingga akhirnya lelaki itu mengatakan bahwa, sekilas cerita itu adalah tentang Ibnu Sina dengan nama aslinya adalah Nurdin Hasan, nama itu adalah nama lelaki itu sendiri.

Kini, hidupnya sudah indah, tinggal di hunian asri nan teduh milik sendiri tanpa harus dikejar deadline membayar kontrakan. seluruh putra putrinya telah sukses tuntas kuliah hingga S-2. bekerja mapan tidak harus seberat ayahnya dahulu. hari-hari diisi dengan berdakwah mengajar di panti asuhan maupun tempat sosial. kenangan masa lalu mengingatkan motto dikala muda yaitu tidak ada kenikmatan di masa tua bagi mereka yang malas di masa muda.

____________________________

Terima kasih bapakku, engkau pahlawanku. semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu, kesehatan, serta kenikmatan beribadah hingga ujung usia kelak menjadi bekal sebaik baik bekal. amin..

by : Hasan Albana Putra kedua

Rabu, 24 November 2021

Mentalitas Gratis Akar Dari Korupsi ?

Gratis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (KBBI) adalah tidak dipungut biaya, sedangkan Gratifikasi adalah pemberian yang diberikan karena layanan atau manfaat yang diperoleh. Gratifikasi sendiri menjadi salah satu celah indikasi terjadinya korupsi, salah satu contoh gratifikasi adalah pemberian tiket pejalanan gratis atau cuma cuma kepada pejabat atau keluarganya untuk kepentingan pribadi, lalu apakah ada hubungan antara gratis dengan gratifikasi?.

Boleh jadi, belum ada penelitian tentang relasi antara mentalitas gratis terhadap budaya korupsi di Indonesia. Sangat manusiawi bilamana seseorang diberi barang gratis lebih dipilih dari pada harus membeli sendiri. Mahatma Ghandi berucap bahwa pikiranmu akan menjadi perkataanmu, kemudian perkataan akan menjadi perbuatan, berikutnya perbuatan tersebut akan menjadi tingkah laku, dan tingkah laku akan menjadi kebiasaan. dari kebiasaan tersebut jadilah sebuah karakter, dan karakter menjadi takdir. Berawal dari mentalitas gratisan (pikiran) akan menjadikan seseorang menginginkan segala sesuatunya gratis dan ditakdirkan menjadi pribadi yang mencintai barang gratis.

Berawal dari kebiasaan mencintai hal yang gratis, sebut saja makan nasi gratis,  minum gratis lebih disukai, sehingga bila ada disuatu tempat diumumkan ada bagi-bagi barang gratis, pasti terjadi antrian di sana untuk mendapatkannya, tidak peduli sepanjang apapun antriannya tetap berupaya menjadi bagian dari orang yang mendapatkan salah satu barang yang dibagikan. Setelah terbiasa dengan pola pikir gratisan, maka perilakunya menginginkan yang gratis gratis. bila tidak ada yang menawarkan kegratisan maka akan mencoba membuat orang lain untuk mengadakan program gratis-gratisan. Bila dirasa memang tidak ada lagi barang gratisan maka akan memanfaatkan posisinya ataupun jabatannya supaya mengundang orang lain memberikan barang gratis atau gratifikasi. Padahal dalam Islam kita dianjurkan tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah al yadul ‘ulya khairumminal yadis sufla. memberi lebih baik dari pada menerima gratisan.

Kebutuhan saat ini adalah perubahan cara pandang maupun mindset bahwa gratifikasi bukanlah hal yang membanggakan, mendapatkan barang gratis bukan merupakan hal yang dianjurkan, dan dibutuhkan sebuah perjuangan dalam memperoleh sesuatu. Teten Masduki mengatakan bahwa masih sedikit pemimpin politik, agama, birokrasi, masyarakat di negeri ini yang betul betul ingin keluar dari situasi yang sangat korup saat ini, hal tersebut dikarenakan mentalitas gratis yang terlalu melekat pada pola pikir bangsa ini (Khoiri I, 2014:91).

            Mengapa Indonesia ditakdirkan menjadi negara terkorup dengan IPK 2,2  pada tahun 2005?, selain itu juga data Corruption Perception Index (CPI) sejak tahun 1995 menjadikan Indonesia negara yang senantiasa di teliti. Hal tersebut Karena fluktuasi kasus yang sangat menarik yang tidak lepas dari mentalitas masyarakatnya, dan sejauh ini berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah demi mengatasi permasalahan ini. program-program anti korupsi senantiasa digulirkan untuk menghambat laju perkembangan kasus korupsi, sementara generasi penerus bangsa yakni para pemuda terus bertumbuh, mereka menyaksikan live show bagaimana para seniornya dengan lihai melakukan korupsi, episode demi episode terus dikonsumsi oleh anak-anak muda, dimana merekalah yang akan menjadi penerus para senironya sekian puluh tahun ke depan. Budaya tersebut secara tidak langsung terwariskan, salah satu efek negatif dari budaya korupsi pada jangka panjang adalah rusaknya generasi muda (Setiadi, W. 2018)

            Sebagaimana analogi, bila ada rumah bocor maka yang perlu dilakukan adalah segera mengatasi kebocoran tersebut yakni mengganti atap yang rusak. namun sayangnya, negeri ini ketika mendapati atap bocor, yang dilakukan adalah mengepel lantai yang basah karena kebocoran, sehingga masalah atap bocor tidak teratasi dan akan terus terjadi kebocoran kebocoran meskipun lantai sudah dibersihkan sampai kering. Padahal akar masalah belum teratasi. sama halnya dengan korupsi, akar masalah ada pada mentalitas gratisan masyarakatnya, sehingga meskipun program-program yang digalakkan menghabiskan uang milyaran, bahkan membentuk badan independen seperti KPK komisi pemberantasan korupsi, tetap saja ‘lantai’ korupsi di Indonesia meskipun kering, tetapi akar masalah ‘kebocoran’ tidak akan teratasi. mentalitas gratis yang membuat semuanya bocor.

Lalu bagaimana cara mengatasinya?. alternatif solusi perubahan mindset sedari dini perlu segera dilakukan secara isitiqomah dan massiv, barang gratis tidaklah keren, mental gratisan termasuk mental miskin, sedangkan miskin menurut Bill Gates adalah dosa atau Poor is Sin (Albana, 2016: 7). Contoh lain barang gratis adalah menemukan uang di jalan, di suatu tempat, ataupun dimanapun berada. Bila barang tersebut bukan milik kita maka tidak ada hak bagi seseorang untuk memilikinya sebelum pemiliknya menginkhlaskan. respon Seseorang diawal ketika mendapati ada barang orang lain yang ditemukan adalah tidak befikir untuk memilikinya secara gratis tetapi berfikir bagaimana cara mengembalikan kepada pemiliknya. seorang anak yang dihadapkan pada kasus seperti itu, maka apa yang dilakukan pertama kali terhadap barang yang ditemukan akan menentukan masa depannya kelak, bila ia menjadi pemimpin maka ia akan menjadi pemimpin yang jujur bila mengembalikan kepada pemiliknya. tetapi bila ia  memutuskan untuk memiliki barang tersebut, karen dianggap barang ‘gratis’, maka cikal bakal mental korupsi akan tumbuh subur pada mindset  anak ini.

Induk dari 9 nilai dasar anti korupsi adalah Jujur, bila nilai ini hilang diawal maka 8 nilai lainnya menjadi sia-sia. jujur perlu ditanamkan, disiram, dan dipupuk sehingga muncul bibit-bibit generasi penerus yang memiliki integritas, tidak hanya slogan yang terpampang di baliho depan kantor bertuliskan ‘zona integritas’, tetapi melainkan baliho itu sudah terpatri di dalam pikiran dan dada genenasi penerus. Biarlah korupsi yang terjadi saat ini menjadi sejarah gelap bangsa, menghapus jejak dan menapaki jalur baru menuju indonesia bebas korupsi. Bagaimana cara menanamkan sikap jujur ? salah satunya adalah melalui lembaga pendidikan semenjak PAUD maupun SD. Seorang Wismiarti Tamin rela mengundurkan diri dari jabatannya kala itu sebagai kepala dinas kesehatan di DKI Jakarta karena dalam proses seleksi karyawan mendapati lulusan-lulusan luar negeri dengan IPK Cumlaude tidak memiliki kejujuran, sehingga ia lebih memilih menjadi guru PAUD demi mempersiapkan generasi penerus yang jujur (Kasali, R.2019:245)

 

 

 


 

Daftar Rujukan

 

Albana, H.2016. Pernik Segitiga Bersekolah.Malang. Ismaya Publisihng

Https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5634338/apa-itu-gratifikasi

Https://kbbi.web.id/gratis

Kasali, R. 2019. Sentra. Bandung. Mizan

Khoiri, I, Arif, A. 2014. Yth.Bapak Presiden. Jakarta. Gramedia.

Setiadi, W. 2018. Korupsi di Indonesia. Jurnal Legislasi Indonesia. 15 (3):249-262

 

 


Sabtu, 02 Oktober 2021

2 PILIHAN SAJA

2 PILIHAN SAJA

Hasan Albana, M.Pd

KOKAM KOTA MALANG

 

Suara ambulance tak terbendung juga, gendang telinga yang terasa jauh akhirnya terhampiri dengan sirine bernada cepat tersebut. Iringan kendaraan bertuliskan ‘mobil jenazah’ membuat seluruh mobil disekitarnya menepi, pertanda hormat kepada apa yang dibawa. Speaker bermerk TOA di atap masjid silih berganti mengumandangkan kalimat innalillai wa inna ilaihi rajiun.

Apa yang sedang terjadi ?. Bendera-bendera terpasang di sudut kampung, warna dominan adalah merah, pertanda : kematian. Pun halnya bendera kuning yang terpasang, berharap tidak diganti dengan warna merah, yang hijau pun tetap waspada.

Pemuda-pemuda cekatan bergegas menggalang donasi, mengirim nasi, tetap konsentrasi tak perlu beimajinasi. Salah satu pemuda nampak canggung, bingung memutuskan sebuah pilihan. ditengah hiruk pikuk dan sibuknya malaikat izrail di kota Malang menunaikan tugasnya, dada terasa sesak, pikiran melayang-layang. panggilan jihad itu terus menggema, terlebih dengan pasukan khusus di kota malang yang di kenal militan. mereka semua tergabung dalam satuan KOKAM. satuan komando relawan yang selalu berada di garis depan masalah keummatan, terlebih musuh utama saat ini memborbardir kesehatan fisik dan mental umat yakni Covid-19.

Hari berganti hari, kebutuhan akan relawan pemulasaran jenazah semakin besar. data disampaikan bahwa angka kematian di Malang Raya akibat covid januari-juni 2021 adalah 200 jiwa. tapi, di bulan Juli 2021 hanya satu bulan saja mencapai 2000 jiwa. semua panik, pilihan pertama adalah menyelamatkan diri sendiri dan keluarga.

Lirih suara dalam hati memanggil, “Hasan, siapa lagi yang bisa terjun ke lapangan membantu banyak orang kalau bukan kamu?, kapan lagi kamu membantu orang yang sangat sangat membutuhkan saat ini kalau bukan sekarang?”. suara tersebut terus terngiang. Hingga, pilihan itu terambil juga, maju bismillah, bantu banyak orang.

Langkah kaki menapak semangat menuju ‘medan laga’, bertempur melawan diri sendiri yang takut, bertempur melawan makhluk yang tak terlihat yaitu corona. strategi perang yang dicanangkan komandan kami yakni Ustadz Mujahidin Ahmad, M.Sc melalui perang gerilya, kita mundur sedikit, mengatur strategi, mengais kerjasama dengans semua pihak seperti RSI, UMM, Kodim, bapak Walikota, dan sebagainya. Kemudian, maju bersama galakkan misi mulia saling mendukung satu sama lain. Sosialisasi pentingnya 6M terus gencar, pembersihan masjid berkala terus dilakukan, disinvektan membasahi sudut sudut masjid maupun rumah warga setiap harinya. strategi berikutnya adalah pemberian asupan gizi seperti makanan kotak, minuman peningkat imun bekerjasama dengan Lazizmuh kota malang terus disuplai dirumah rumah yang bertanda bendera kuning, dan yang tak kalah pentingnya adalah pemakaman jama’ah yang diawali dengan prosesi yang syar’i juga dilakukan. rumah sakit rumah sakit amal usaha muhammadiyah yang memiliki tim pemulasaran terus bekerjasama dengan para pejuang kokam, setelah proses memandikan, menshalati, kokam bergerak maju memakamkan jenazah sesuai protokol kesehatan. semua warga memang menghindar karena takut tertular covid, tetapi para pasukan Allah Jundullah Kokam kota Malang tetap berangkat jihad, bismillah menitipkan keluarganya dirumah kepada Allah, pamit kepada anak dan istri untuk memakamkan jenazah-jenazah yang bahkan beberapa terbengkalai menunggu beberapa hari baru dimakamkan karena tenaga pemakaman yang minim.

Di tengah perjuangan tersebut, memang ada anggota kokam kota malang yang gugur di medan ‘perang’, dan insyaAllah beliau semua syahid. sebut saja komandan Hadi, beliau berjibaku selama masa pandemi dengan giat sosial membantu banyak warga yang membutuhkan suplai makanan sehat, tetapi beliau sendiri telah dipanggil Allah Swt. dan juga istri dari saudara kami komandan Yusa Feryadi yang setelah beberapa hari berjuang melawan covid-19, akhirnya gugur. sekali terkena covid beliau tetap maju berangkat jihad, dan untuk kedua kalinya beliau terkena covid bersama istri, tetapi Allah lebih menyayangi beliau dengan memanggilnya terlebih dahulu, langit kota malang nampak gelap, pertanda berkabung, tetapi itulah resiko sebuah jihad, isy kariman au mut syahidan. pilihannya hanya dua, kalau hidup harus mulia, bermanfaat bagi banyak orang, kalau mati, matinya syahid. selamat jalan para pejuang-pejuang kokam, gugur satu tumbuh seribu, apa yang telah dilakukan akan kami kenang dan kami teruskan seraya terus berdoa semoga Allah memberikan ganjaran SurgaNya. amin.

 

Description: C:\Users\WIN 8.1 64BIT\Downloads\WhatsApp Image 2021-08-19 at 08.27.02.jpeg  Description: C:\Users\WIN 8.1 64BIT\Downloads\WhatsApp Image 2021-08-14 at 19.09.37.jpegDescription: C:\Users\WIN 8.1 64BIT\Downloads\WhatsApp Image 2021-08-21 at 12.30.02.jpeg

Rabu, 02 Juni 2021

Pejalanan #1 BERSYUKUR




Perjalanan #1

Bersyukur

 

                Bersyukur terkadang hal yang terlupakan. Hidup dengan rutinitas serta kenyamanan akan membuat lupa untuk bersyukur, memang tidak semua orang lupa untuk bersyukur. ia akan terasa ketika sesuatu itu hilang sementara maupun selamanya.

                Perjalanan dari Malang ke Nusa Tenggara dalam waktu 2 hari akan menjadikan seseorang pandai pandai bersyukur, limpahan air yang biasa ada berubah menjadi mahal, berlayar dengan durasi 12-20 jam menuju kampung halaman bukanlah waktu yang pendek. jauh dari tempat tinggal, di tengah laut, bekal kurang cukup, keterpaksaan membeli sesuatu yang biasa murah menjadi mahal. umumnya minuman 3000 dan mau tidak mau bila ingin membeli di dalam kapal laut menjadi 15.000. meminumnya pun seteguk demi seteguk, menikmati setiap air yang mengaliri tenggorokan sedikit demi sedikit. meneguk habis sebenarnya bisa, tetapi disinilah tempat dan waktu yang tepat untuk menajamkan rasa syukur, bahwa sesuatu yang biasanya melimpah dan lupa disyukuri akan menjadi mahal dibelahan bumi lainnya.

                Hamparan laut membuat ikan-ikan melimpah dan menjadi lauk harian, seikat sayur sawi menjadi mahal, seikat jahe juga ikut mahal karena tidak cukup pesat berkembang untuk ditanam disana. kebutuhan sayur hijau menjadi mahal tetapi sangatlah perlu untuk kesehatan, sehingga bagi yang tinggal di wilayah berlimpah sayur, bersyukurlah. pun halnya Adonara, limpahan ikan segar ada di sana juga perlu disyukuri, Tuhan memberi apa yang dibutuhkan manusia disetiap wilayah, untuk apa? yaitu untuk disyukuri keberadannya

SATU ADONARA

 

Satu Adonara

 

Laut membentuk kepribadian masyarakat Adonara. Dari kejauhan khususnya tanah jawa, orang akan melihat bahwa pribadi Adonara berwatak keras, karena yang mereka lihat adalah sample mahasiswa yang hadir di jawa yang tidak cukup valid untuk ditarik kesimpulan. Tetapi mohon maaf, kehadiranku di Lewotanah membuktikan dengan mata kepala bahwa, ternyata mereka lebih ‘jawa’ dari pada orang jawa, hati yang lembut sangat nampak dari kesehariannya.

Kita mengenal masyarakat jawa dengan adab atau unggah ungguh sopan santun dari tingkah laku maupun bahasa. Wujudnya perlahan sirna, dengan pesatnya kemajuan teknologi terlebih di tanah jawa yang diawali dari pintu gerbang bertuliskan “perumahan”, kelebihan masyarakat jawa yang tertuang di pepak, lagu, dongeng, lelagon, tarian, wayang, dsb perlahan hilang, bahkan di komplek peumahan terkadang dengan tetangga sendiri tidak mengenal maupun bertegur sapa atau individualis.

                Adonara memiliki kearifan lokal, jumlah penduduk yang mencapai 6000 orang tidak bisa dinilai dari hentakan suara, logat, maupun intonasi tinggi, itu semua merupakan wujud ekspresi pesisir laut dengan keindahan suaranya. ia bukanlah orang kasar, tetapi begitulah tekstur masyarakat Adonara sesungguhnya, mereka saling mengenal dari ujung timur ke barat, pun halnya ketika berjalan melewati rumah-rumah, senyum manis serta berbagai sapaan akan dilontarkan seperti Kaka, Bapa, Nana, Wae, Opu,Adik dsb. Semua dengan sopan santun persis seperti di buku buku pelajaran bahasa jawa, justru masyarakat Adonara yang mengaplikasikannya, karena nilai nilai tersebut telah diajarkan oleh leluhur setempat. saling menghargai, menghormati, serta saling membantu sangatlah kentara. Ketika terdapat hajatan, berbondong-bondong masyarakat menghadirinya, tidak cukup dari segala penjuru pesisir, tetapi dari arah gunung semua masyarakat turun demi menghadiri hajatan tersebut. indahnya masyarakat Adonara.

                Bermacam agama ada disana, tetapi sila ke-3 pancasila dijunjung tinggi, gereja dengan bangunan khas yang sangat indah menghiasi tepian pantai, pun halnya masjid berdiri rukun di sebelah gereja,  toleransi nyata ada disana. saling sapa, saling memberi, saling membantu, tidak ada egoisme, semua merasa satu, satu Adonara.


ADONARA OFFLINE

Adonara OFFLINE

 

                Bukan virus covid-19 yang membuat segalanya online. Jarak menjadi salah satu penyebab social distancing, bukan 1 atau 2 meter, tetapi ratusan kilometer atau berkisar kurang lebih 1000 KM. Perjumpaan sedari lahir tidaklah pernah yang membuat tanah leluhur tidak terpijak, tanah rantau menjadi ibu pertiwi merasuk qolbu menjadikan cinta, jiwa ini menjadi Arema. Perlahan, aliran darah yang dipompa jantung ini meskipun ia berputar-putar disatu wilayah saja, ia terpanggil untuk mengunjungi tanah dimana orangtua dibesarkan.

                Offline adalah pilihan yang paling tepat, meskipun melawan mindstream di tengah wabah covid-19 yang melanda. Kabar pernikahan adik bungsu tentu sangat menggembirakan, ia beruntung mendapatkan calon pengantin yang berasal dari Lewotanah*, sehingga panggilan untuk offline semakin kuat. Lukisan-lukisan di dinding rumah dengan corak khas Timur, seolah ikut memanggil-manggil. kakek, nenek, saudara, bahkan laut ikut memanggil. hadirlah.....

                Tubuh yang telah tepat berusia 35 tahun pada tanggal 23 mei 2021 ini, memutuskan memenuhi panggilan tersebut. tepat di hari ulang tahun, bergegas menuju bandara juanda Surabaya di keheningan pagi, persiapan matang telah dilakukan 1 bulan sebelumnya, sehingga sayap-sayap Citylink membantu terbang melawan arah matahari terbit. Lepas landas pukul 06.00 WIB dan hentakan kaki petama di bumi Timur tepat pukul 09.00 WITA. Perjalanan sejatinya 2 jam, tetapi karena perbedaan waktu terjadi selisih 1 jam.

                Kerlip kehidupan khas Nusa Tenggara seenarnya mulai nampak sedari ketinggian 500 meter di atas pesawat. Salam melanjut dari penjemput yang tak lain adalah Pak lik yang berpawakan tinggi besar, dengan postur tersebut mampu meredubkan suasana kerasnya Ibu Kota Nusa Tenggara Timur yakni Kupang. terik sinar yang menghujam sedikit berbeda dengan kota Pahlawan, pun halnya pemandangan selama perjalanan di kota tersebut sangat mencolok berbeda, dominasi warna biru menyambut di sebelah utara, serta sisa-sisa runtuhan reklame maupun bangunan masih terlihat menghiasai karena bencana alam angin kencang yang melanda di bulan maret 2021.

                Bergerak menuju pelabuhan penyeberangan untuk perjalanan berikutnya menjadikan tubuh ini seperti tertiup angin, ringan dan berhembus mengikuti arah panggilan sebelumnya. untuk menuju tanah kelahiran orang tua, perlu upaya berikutnya via kapal very atau kapal yang lumayan besar, dan perjalanan 12 jam mengarungi lautan lepas dengan hiasan ikan lumba-lumba maupun ikan tebang ‘indosiar’ di tengah laut, lukisan Yang Maha Kuasa berupa pantai nampak sangat indah. Deburan ombak terasa mengguncang ketika tubuh ini tertidur lelap di atas kapal, hingga akhirnya sirine khas kapal menyeruak ke seluruh daratan Adonara pertanda ia akan hadir bersama tubuh ini. bergegas melihat penampakan alam asli dari dataran yang sebelumnya memanggil. ia nampak ‘lentik’ dengan pesona pohon kelapa, deburan kecil ombak putih, serta juntaian pohon tuak berjumlah ratusan. tapi sayang, perjalanan ini belum usai, Adonara masih berjarak. ia bisa digapai dengan perahu yang lebih kecil.

Perahu itu bergerak menuju Adonara, tangan tak bisa dihalangi untuk memegang air laut, karena kecilnya perahu. Bersandar mesra di pelabuhan Dery Adonara. Aku Tiba. kucari cari sumber suara panggilan itu, berlanjut dengan perjalanan darat, gas  oto atau mobil pick up menderu deru mengiringi detak jantung yang berdegub. sepanjang perjalanan kusaksikan sisa sisa bencana alam di Adonara bulan maret 2021. pohon tinggi besar beserta akarnya berpindah tempat, ia tidak hanya satu, tetapi puluhan bahkan ratusan. Tanah becampur air, kayu, batu besar, semua meluluh lantakkan dataran  Adonara. Waiburak adalah wilayah yang kulewati dengan kerusakan terparah, jembatan hancur, rumah hancur, lahan perkebunan hancur, semua hancur. sedih....

                Tanah yang memanggilku, ternyata luluh lantak. Berbagai macam ekspresi kesedihan warga terlihat disepanjang perjalanan. Plat nomor sepeda motor dengan tulisan WAIBURAK 14-04-2021, adalah salah satu bentuk ekspresi pemuda yang kehilangan ibunya disaat banjir bandang melanda Adonara.

                di ujung Waiburak, berjarak 300 meter, adalah sumber panggilan yang terdengar dari tanah Jawa. Bertuliskan Waiwerang, menyusuri tepian laut beirkutnya berjarak 2 KM juga disusul tulisan berikutnya Lamahala. sinyal kuat ada disini, tanah kelahiran Bapakku. Ibnu Sina.

Akhirnya aku hadir Offline di Pulau Adonara.....

To be continued..............


Rabu, 24 Maret 2021

MAKNA KEJUJURAN CAK SHODIQ


 

Shodiq telah lama tinggal di bumi Arab Saudi semenjak +1400 tahun yang lalu, ia bersemayam di dalam dada orang yang sempurna, ia juga ditebarkan, di praktikkan , dan diajarkan. Meskipun ketika ia berada di luar Arab berganti nama, tetapi nilai-nilai yang dikandung oleh Shodiq tetaplah sama. Di belahan bumi bagian barat ia berwujud Honest, dan ketika ke Timur dan tiba di Indonesia ia berwujud Jujur, berganti nama tetapi ia tetap sama.

            Berulang-ulang ia disebut di dalam Al-Qur’an, kitab suci yang  sangat sempurna untuk menjadi panduan menjalani kehidupan manusia. Tidak kurang ia disebutkan sebanyak 155 kali, bagaimana dengan Honest dan Jujur? Apakah mereka iri tidak disebut namanya dalam Al-Qur’an?, tidak..!, mereka juga dipanggil dalam satu seruan Shodiq, ia tetaplah Shodiq, karena ia sangat autentik. Ketika Shodiq disebut pada hakikatnya ia juga memanggil Honest di Amerika, Eerlijk di Belanda, Ehrlich di Jerman, Shojiki di Jepang, Onesto di Italia, Iskreno di Bosnia dan Jujur di Melayu maupun Indonesia, dsb. Semua terpanggil karena ia adalah yang disebut.

            Ketika ia telah mendarah daging dalam perbuatan seseorang, maka ia akan digelari sebagai Al-Amin, orang yang dapat dipercaya karena memasukkan Shodiq dalam dadanya dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Siapakah manusia yang digelari Al-Amin itu? Tentu kita kenal beliau adalah Rasulullah Muhammad Saw, ia hadir untuk memberikan contoh kepada kita semua bagaimana memperlakukan Shodiq, bagaimana mensetting Shodiq dalam diri kita masing-masing, dan ia diciptakan untuk compatibel atau sesuai dengan makhluk bernama manusia.

            Terkadang ada manusia yang ketika terinstal dalam dirinya Shodiq, tetapi ia jarang mempergunakannya, sehingga ia memanfaatkan fasilitas instalasi lainnya berupa Kadzab atau Dusta maupun Bohong. Shodiq dan Kadzab senantiasa berkebalikan, ia tidak bisa dilakukan bersamaan dalam satuan waktu yang sama. Seperti hal nya aktifitas duduk dan berdiri, ia tidak bisa dilakukan bersama sama, duduk sambil berdiri tentu tidak bisa. Jujur sambil berbohong juga tidak bisa, sehingga ia harus memilih salah satu. Ketika seseorang melakukan kebohongan sekali, maka ia akan menutupi kebohongan-kebohongan berikutnya juga dengan bohong. Ketika seseorang terbiasa jujur, maka ia akan menjadi bimbang ketika hendak berbohong.

Di Indonesia dan di tempat lain, Shodiq atau Kejujuran juga sering dianggap sebagai mata uang yang berlaku di mana-mana, itulah ungkapan bijak yang sering kita dengar. Tidak perlu ke tempat penukaran mata uangg ketika memasuki wilayah atau daerah lain, karena Shodiq akan laku dan paling di cari dalam segala aktifitas. Dan tidak kurang-kurang Allah memberikan pelajaran pentingnya Shodiq, sebut saja dalam beberapa surat yakni Al ahzab:24, Az zumar ayat 33-35, Attaubah 119, Al Maidah 119, Alankabut 3, dst.

Bagi yang tidak menggunakan mata uang kejujuran maka ia akan mendapat peringatan dini dari Al-Qur’an seperti pada surat Al-Muttaffifin: 1. Celakalah orang yang curang, tidak jujur, sehingga supaya tidak celaka bersegera untuk menggunakan mata uang kejujuran dalam kehidupan di dunia ini. Tetapi, sungguh sangat mengherankan bahwa di jaman sekarang justru terbalik dengan istilah jujur ajur atau jujur hancur, orang-orang jujur sangat langka dan minoritas, sehingga ketika bersuara ia tertutupi oleh gaung dan gema kedustaan di sekitarnya. Padahal dalam Al-Quran telah dijanjikan bahwa orang jujur akan di masukkan dalam satu surga dengan para nabi, syuhada’ dan orang soleh (An-Nisa 69)

Ibnu Qoyyim Al Jauziyah menyebutkan bahwa ada 3 aspek dalam diri kita yakni perkataan, perbuatan, dan mental. Beliau mengatakan bahwa kejujuran dapat dilihat dari intensitas dan kesungguhan seseorang dalam menjaga ketiganya. Contoh nyata sosok manusia yang mampu memelihara ketiga aspek tersebut dan di abadikan dalam Al Quran adalah nabi Ibrahim a.s dan juga nabi Idris (Maryam 56). Selain itu juga, pendapat Al Jauzi tersebut selaras dengan apa yang di bangku sekolah dulu pernah dijarkan kepada kita, pada poin terakhir Dasa Dharma Pramuka yakni suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Karena pada hakikatnya ketiganya membutuhkan keselarasan dan juga perjuangan serta keistiqomahan, perlu usaha  untuk senantiasa membuatnya suci dan bersih, setiap ia kotor segera dibersihkannya.Tentu kita masih ingat kisah yang diceritakan pada masa kecil dahulu. Tentang sucinya pikiran, perkataan, dan perbuatan seorang pemuda yang menjadi Raja karena kejujurannya.

Dahulu ada seorang raja yang sudah memasuki usia senja dan ingin mencari generasi penerus sebagai gantinya kelak. Berbeda dengan kebiasaan di masa itu, raja tidak menunjuk anak anaknya sebagai penggantinya, sang raja memiliki cara yang tidak mindstream, karena ia sangat ingin kelak penggantinya merupakan orang yang benar-benar jujur dan mampu menjadi seorang raja.

            Suatu ketika raja memanggil seluruh pemuda yang berada di negeri itu, dan berpidato di hadapan mereka. ‘aku ingin mengadakan sayembara, kalian semua akan mendapatkan sebuah biji. Tanamlah biji ini, rawatlah, dan kembalilah satu tahun lagi dengan tanaman kalian masing-masing. Bagi yang memiliki tanaman terbaik, akan langsung ku tunjuk menjadi raja menggantikanku,’ kata raja.

            Mendengar pengumuan sang raja, semua pemuda antusias untuk merawat biji tersebut sebaik baiknya. Seorang pemuda bernama Shabri terlihat sangat antusias. Ia menanam biji itu dan meyiraminya setiap hari sepenuh hati. Hari demi hari ia jalani, tapi sampai sebulan berlalu, dari biji yang ia tanam itu belum tumbuh apa-apa. Bahkan bulan pun perlahan terus berganti, hingga setelah enam bulan ketika para pemuda lainnya mulai membicarakan tanaman mereka yang tumbuh dengan tinggi dan bagusnya. Bahkan sebagian ada yang menceritakan kalau sudah tumbuh buah, namun yang terjadi pada Shabri adalah tanamannya tak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan tumbuh. Hatinya mulai gusar dan gelisah.

            Tanpa terasa, setahun berlalu, semua pemuda diminta membawa tanamannya kepada sang raja. Mereka pun dengan sangat antusias datang ke istana membawa hasil tanamannya yang diletakkan di pot-pot agak besar. Masing masing saling membanggakan hasil tanamannya. Hal ini berbeda dengan biji yang ditanam Shobri, yang tidak menghasilkan apapun dari biji yang ditanamnnya tersebut.

            Oleh karenanya, ia pun tidak datang menghadap sang raja. Namun ibunya mendorongnya untuk pergi dan berbicara apa adanya kepada Sang Raja. Karena apapun hasilnya, itu merupakan amanah dari Raja, yang ia hrus ‘tunaikan’ dan ia pertanggungjawabkan. Akhirnya, setelah beristikharah cukup panjang, ia pun berangkat ke Istana dengan tujuan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada Raja, dengan membawa pot yang masih kosong tanpa ada satu tangkai tanaman pun yang tumbuh. Kedatangannya disambut dengan cemoohan, ejekan dan olokan para pemuda lainnya. Shabri hanya terdiam dan berusaha menenangkan diri, seraya memperbanyak istighfar kepada Allah Swt.

            Tak lama kemudian raja muncul dan mulai memeriksa hasil tanaman seluruh pemuda. Belia mengungkapkan “kerja kalian bagus, tanaman kalian bukan main indahnya, dan tibalah saatnya bagiku sekarang menunjuk seorang dari kalian untuk menjadi raja yang baru’. Mendengar itu, semua pemuda berharap agar dirinyalah yang akan ditunjuk oleh Raja, untuk menggantikannya.

            Suasana menjadi sepi dan senyam. Semua terdiam, menantikan kata-kata yang akan keluar dari sang Raja. Tiba-tiba Raja memanggil Shabir yang berada di baris paling belakang. Mendengar namanya dipanggil, Shabri panik, “jangan-jangan aku akan dihukum karena tidak mampu merawat biji yang diamanahkan Raja kepadaku” gumamnya. Suasanapun tiba-tiba berubah menjadi riuh rendah penuh dengan ejekan dan cemoohan hadirin yang menyaksikan pot Shabri kosong melompong. Tanpa sebatang tangkaipun tumbuh dari biji yang ditanamnya. Raja tiba-tiba berteraiak “Diam semuanya...!” semua pemuda tertegun. Raja kemudian menoleh kepada Shabri, dan kemudian beliau mengumumkan, “inilah raja kalian yang baru!”. Semua terkejut. Bagaimana mungkin orang yang gagal menjadi raja?

            Menyadari keheranan mereka, raja kemudian melanjutkan “setahun yang lalu aku memberi kalian sebuah biji untuk ditanam. Tapi yang kuberikan kepada kalian adalah biji yang sudah direbus terlebih dahulu. Dan oleh karenanya pasti tidak akan pernah dapat tumbuh. Dan ternyata kalian semua telah menggantinya dengan biji yang lain”.

            “Hanya Shabrilah satu-satunya pemuda yang tidak menggantinya dengan biji yang lain. Shabri telah bersikap jujur, terhadap amanah yang aku embankan kepadanya”, kata sang Raja. “dan aku menginginkan penggantiku kelak adalah orang yang memiliki kejujuran dan keberanian. Jujur karena tidak mengganti biji dariku dengan biji lain, berani karena datang ke istana membawa pot dengan biji yang kuberikan, meskipun tidak tumbuh apapun darinya. Karena itulah, dia aku angkat menjadi raja menggantikan kedudukanku.

            Pesan dalam kisah tersebut adalah apapun kondisinnya tetap menjadikan kejujuran nomor satu, keberanian dan kejujuran bila dimiliki oleh seseorang maka ia akan berhasil dalam hidupnya. Itulah makna kejujuran Shodiq. Semoga kita semua dapat menanamkan dalam diri kita masing-masing kejujuran, mengistiqomahkan dalam kehidupan sehari-hari serta menebarkan dan mengajarkan kepada orang lain tentang makna kejujuran melalui perkataan dan perbuatan.

 

Sumber cerita tentang Pemuda & Raja  : www.kalam.sindonews.com


Hasan Albana lahir di Malang 23 mei 1986, berprofesi sebagai guru olahraga di SDIT Ahmad Yani Malang. Menyukai dunia tulis menulis dan olahraga lari. Dapat dihubungi di 0856-4546-6162.  hhasanaalbana@gmail.com

teacher.hasan@sditahmadyani.sch.id