Rabu, 02 Juni 2021

SATU ADONARA

 

Satu Adonara

 

Laut membentuk kepribadian masyarakat Adonara. Dari kejauhan khususnya tanah jawa, orang akan melihat bahwa pribadi Adonara berwatak keras, karena yang mereka lihat adalah sample mahasiswa yang hadir di jawa yang tidak cukup valid untuk ditarik kesimpulan. Tetapi mohon maaf, kehadiranku di Lewotanah membuktikan dengan mata kepala bahwa, ternyata mereka lebih ‘jawa’ dari pada orang jawa, hati yang lembut sangat nampak dari kesehariannya.

Kita mengenal masyarakat jawa dengan adab atau unggah ungguh sopan santun dari tingkah laku maupun bahasa. Wujudnya perlahan sirna, dengan pesatnya kemajuan teknologi terlebih di tanah jawa yang diawali dari pintu gerbang bertuliskan “perumahan”, kelebihan masyarakat jawa yang tertuang di pepak, lagu, dongeng, lelagon, tarian, wayang, dsb perlahan hilang, bahkan di komplek peumahan terkadang dengan tetangga sendiri tidak mengenal maupun bertegur sapa atau individualis.

                Adonara memiliki kearifan lokal, jumlah penduduk yang mencapai 6000 orang tidak bisa dinilai dari hentakan suara, logat, maupun intonasi tinggi, itu semua merupakan wujud ekspresi pesisir laut dengan keindahan suaranya. ia bukanlah orang kasar, tetapi begitulah tekstur masyarakat Adonara sesungguhnya, mereka saling mengenal dari ujung timur ke barat, pun halnya ketika berjalan melewati rumah-rumah, senyum manis serta berbagai sapaan akan dilontarkan seperti Kaka, Bapa, Nana, Wae, Opu,Adik dsb. Semua dengan sopan santun persis seperti di buku buku pelajaran bahasa jawa, justru masyarakat Adonara yang mengaplikasikannya, karena nilai nilai tersebut telah diajarkan oleh leluhur setempat. saling menghargai, menghormati, serta saling membantu sangatlah kentara. Ketika terdapat hajatan, berbondong-bondong masyarakat menghadirinya, tidak cukup dari segala penjuru pesisir, tetapi dari arah gunung semua masyarakat turun demi menghadiri hajatan tersebut. indahnya masyarakat Adonara.

                Bermacam agama ada disana, tetapi sila ke-3 pancasila dijunjung tinggi, gereja dengan bangunan khas yang sangat indah menghiasi tepian pantai, pun halnya masjid berdiri rukun di sebelah gereja,  toleransi nyata ada disana. saling sapa, saling memberi, saling membantu, tidak ada egoisme, semua merasa satu, satu Adonara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar