Satu Adonara
Laut membentuk
kepribadian masyarakat Adonara. Dari kejauhan khususnya tanah jawa, orang akan
melihat bahwa pribadi Adonara berwatak keras, karena yang mereka lihat adalah sample
mahasiswa yang hadir di jawa yang tidak cukup valid untuk ditarik kesimpulan. Tetapi
mohon maaf, kehadiranku di Lewotanah membuktikan dengan mata kepala
bahwa, ternyata mereka lebih ‘jawa’ dari pada orang jawa, hati yang lembut
sangat nampak dari kesehariannya.
Kita mengenal
masyarakat jawa dengan adab atau unggah ungguh sopan santun dari tingkah
laku maupun bahasa. Wujudnya perlahan sirna, dengan pesatnya kemajuan teknologi
terlebih di tanah jawa yang diawali dari pintu gerbang bertuliskan “perumahan”,
kelebihan masyarakat jawa yang tertuang di pepak, lagu, dongeng, lelagon,
tarian, wayang, dsb perlahan hilang, bahkan di komplek peumahan terkadang
dengan tetangga sendiri tidak mengenal maupun bertegur sapa atau individualis.
Adonara
memiliki kearifan lokal, jumlah penduduk yang mencapai 6000 orang tidak bisa
dinilai dari hentakan suara, logat, maupun intonasi tinggi, itu semua merupakan
wujud ekspresi pesisir laut dengan keindahan suaranya. ia bukanlah orang kasar,
tetapi begitulah tekstur masyarakat Adonara sesungguhnya, mereka saling
mengenal dari ujung timur ke barat, pun halnya ketika berjalan melewati rumah-rumah,
senyum manis serta berbagai sapaan akan dilontarkan seperti Kaka, Bapa, Nana,
Wae, Opu,Adik dsb. Semua dengan sopan santun persis seperti di buku buku
pelajaran bahasa jawa, justru masyarakat Adonara yang mengaplikasikannya,
karena nilai nilai tersebut telah diajarkan oleh leluhur setempat. saling
menghargai, menghormati, serta saling membantu sangatlah kentara. Ketika
terdapat hajatan, berbondong-bondong masyarakat menghadirinya, tidak cukup dari
segala penjuru pesisir, tetapi dari arah gunung semua masyarakat turun demi
menghadiri hajatan tersebut. indahnya masyarakat Adonara.
Bermacam agama ada disana, tetapi sila ke-3 pancasila dijunjung tinggi, gereja dengan bangunan khas yang sangat indah menghiasi tepian pantai, pun halnya masjid berdiri rukun di sebelah gereja, toleransi nyata ada disana. saling sapa, saling memberi, saling membantu, tidak ada egoisme, semua merasa satu, satu Adonara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar