2 PILIHAN
SAJA
Hasan
Albana, M.Pd
KOKAM
KOTA MALANG
Suara ambulance tak terbendung juga, gendang telinga yang terasa
jauh akhirnya terhampiri dengan sirine bernada cepat tersebut. Iringan
kendaraan bertuliskan ‘mobil jenazah’ membuat seluruh mobil disekitarnya
menepi, pertanda hormat kepada apa yang dibawa. Speaker bermerk TOA di atap
masjid silih berganti mengumandangkan kalimat innalillai wa inna ilaihi
rajiun.
Apa yang sedang terjadi ?. Bendera-bendera terpasang di sudut
kampung, warna dominan adalah merah, pertanda : kematian. Pun halnya bendera
kuning yang terpasang, berharap tidak diganti dengan warna merah, yang hijau
pun tetap waspada.
Pemuda-pemuda cekatan bergegas menggalang donasi, mengirim nasi,
tetap konsentrasi tak perlu beimajinasi. Salah satu pemuda nampak canggung,
bingung memutuskan sebuah pilihan. ditengah hiruk pikuk dan sibuknya malaikat
izrail di kota Malang menunaikan tugasnya, dada terasa sesak, pikiran melayang-layang.
panggilan jihad itu terus menggema, terlebih dengan pasukan khusus di kota
malang yang di kenal militan. mereka semua tergabung dalam satuan KOKAM. satuan
komando relawan yang selalu berada di garis depan masalah keummatan, terlebih musuh
utama saat ini memborbardir kesehatan fisik dan mental umat yakni Covid-19.
Hari berganti hari, kebutuhan akan relawan pemulasaran jenazah
semakin besar. data disampaikan bahwa angka kematian di Malang Raya akibat
covid januari-juni 2021 adalah 200 jiwa. tapi, di bulan Juli 2021 hanya satu
bulan saja mencapai 2000 jiwa. semua panik, pilihan pertama adalah
menyelamatkan diri sendiri dan keluarga.
Lirih suara dalam hati memanggil, “Hasan, siapa lagi yang bisa
terjun ke lapangan membantu banyak orang kalau bukan kamu?, kapan lagi kamu
membantu orang yang sangat sangat membutuhkan saat ini kalau bukan sekarang?”.
suara tersebut terus terngiang. Hingga, pilihan itu terambil juga, maju
bismillah, bantu banyak orang.
Langkah kaki menapak semangat menuju ‘medan laga’, bertempur
melawan diri sendiri yang takut, bertempur melawan makhluk yang tak terlihat
yaitu corona. strategi perang yang dicanangkan komandan kami yakni Ustadz
Mujahidin Ahmad, M.Sc melalui perang gerilya, kita mundur sedikit, mengatur
strategi, mengais kerjasama dengans semua pihak seperti RSI, UMM, Kodim, bapak
Walikota, dan sebagainya. Kemudian, maju bersama galakkan misi mulia saling
mendukung satu sama lain. Sosialisasi pentingnya 6M terus gencar, pembersihan
masjid berkala terus dilakukan, disinvektan membasahi sudut sudut masjid maupun
rumah warga setiap harinya. strategi berikutnya adalah pemberian asupan gizi
seperti makanan kotak, minuman peningkat imun bekerjasama dengan Lazizmuh kota
malang terus disuplai dirumah rumah yang bertanda bendera kuning, dan yang tak
kalah pentingnya adalah pemakaman jama’ah yang diawali dengan prosesi yang
syar’i juga dilakukan. rumah sakit rumah sakit amal usaha muhammadiyah yang
memiliki tim pemulasaran terus bekerjasama dengan para pejuang kokam, setelah
proses memandikan, menshalati, kokam bergerak maju memakamkan jenazah sesuai
protokol kesehatan. semua warga memang menghindar karena takut tertular covid,
tetapi para pasukan Allah Jundullah Kokam kota Malang tetap berangkat jihad,
bismillah menitipkan keluarganya dirumah kepada Allah, pamit kepada anak dan
istri untuk memakamkan jenazah-jenazah yang bahkan beberapa terbengkalai
menunggu beberapa hari baru dimakamkan karena tenaga pemakaman yang minim.
Di tengah perjuangan tersebut, memang ada anggota kokam kota malang
yang gugur di medan ‘perang’, dan insyaAllah beliau semua syahid. sebut
saja komandan Hadi, beliau berjibaku selama masa pandemi dengan giat sosial
membantu banyak warga yang membutuhkan suplai makanan sehat, tetapi beliau
sendiri telah dipanggil Allah Swt. dan juga istri dari saudara kami komandan
Yusa Feryadi yang setelah beberapa hari berjuang melawan covid-19, akhirnya
gugur. sekali terkena covid beliau tetap maju berangkat jihad, dan untuk kedua
kalinya beliau terkena covid bersama istri, tetapi Allah lebih menyayangi
beliau dengan memanggilnya terlebih dahulu, langit kota malang nampak gelap,
pertanda berkabung, tetapi itulah resiko sebuah jihad, isy kariman au mut
syahidan. pilihannya hanya dua, kalau hidup harus mulia, bermanfaat bagi
banyak orang, kalau mati, matinya syahid. selamat jalan para pejuang-pejuang
kokam, gugur satu tumbuh seribu, apa yang telah dilakukan akan kami kenang dan
kami teruskan seraya terus berdoa semoga Allah memberikan ganjaran SurgaNya.
amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar