Selasa, 15 April 2025

Taman Talenta Menyatukan Keberagaman


Hasan Albana, M.Pd

Guru SDIT Ahmad Yani/ warga  perumahan Srikandi Kota Malang

 

Taman Talenta menjadi pemersatu bapak-bapak dan ibu-ibu srikandi. Menjaganya seperti menjaga nyawa para penduduk srikandi. Setiap pekan berkumpul dalam canda dan tawa, nyanyian nostalgia diputar dan dinyanyikan bersama.

            Lima kali sehari kumandang adzan tidak pernah lepas beredar di udara srikandi, berdiri megah Masjid Ar-rahman sejajar dengan pilar taman talenta, satu kali seminggu udara srikandi juga tidak lepas dari wewangian dupa ibadah menyembah Bhagvan. Seminggu sekali udara srikandi juga menjadi perantara nyanyian pujian indah dari teman-teman Nasrani. Tanaman-tanaman tumbuh subur di taman talenta, ia tidak faham apa arti kata toleransi. Tidak tertulis tapi terlihat sangat tulus. Erat sekali pelukan toleransi yang nampak pada taman talenta di bumi srikandi.

Suatu kala, bunyi nyanyian itu terdengar indah beriringan gitar dan suara merdu dari para pengibadah di rumah nomor 9. Bagi nomor 8, hal tersebut adalah hal yang biasa, dan kebebasan beragama lebih diutamakan terajut toleransi. Putra dari nomor 8 yang mungil usia bilangan 6 bertanya, ada apa gerangan tetangga nomor 9 selepas isya bernyanyi bersama?

Sang ayah diam dalam pikirnya. Berpikir keras mencari-cari jawaban terkait hal tersebut. Diksi yang dipilih belum ketemu, dialihkannya pertanyaan tersebut dengan menginstrusikan untuk segera melanjutkan belajar dan menyelesaikan tugas karya membuat kertas pelanginya.

            Sejenak sang ayah termenung sembari melihat karya-karya putranya. Diiringi lagu-lagu pujian yang menembus jendela rumah, sang ayah mulai yakin menemukan jawaban atas pertanyaan putranya.

            ‘karyamu sudah selesai nak?’ tanya ayah

            ‘belum ayah, tinggal mewarna yang biru’ jawab sang anak

Selepas 10 menit berselang, karya itu pun telah jadi dan indah dipandang. Sang ayah menejlaskan kepada putranya, karyamu ini akan nampak indah bila ia memiliki warna warna yang berbeda, bila hanya satu warna maka tidaklah menarik untuk dipandang.

            ‘hm....’ sang anak belum 100% faham dan setuju

Merah, kuning, hijau, biru, oranye, dan warna lainnya menjadi satu dalam karyamu ini, adik pernah lihat lambang taman talenta di sebelah rumah kita? Lambangnya sama dengan karya adik ini, yaitu pelangi. Seperti itulah Negri kita Indonesia. Memiliki beragam warna baik itu sukunya, bahasanya, maupun agamanya.

            ‘nah...., tetangga nomor 9 sedang melakukan ibadahnya. Karena tetangga kita beragama kristen, maka kita wajib menghormatinya’.

            Kalau adik dengan ayah beribadahnya setiap hari ke masjid, kalau tetangga kita ke gereja atau juga bisa mereka di rumah seperti sekarang ini. Dengan khutbah pak pendeta serta diselingi dengan nyanyian lagu pujian-pujian.

            Perlahan adik mulai paham bahwa ia berbeda dengan tetangganya. Tetangganya di sebelah barat taman talenta tersebut sedang beribadah sesuai dengan agamanya. Sedangkan tetangganya yang sebelah timur, terkadang ketika malam hari menyalakan sesuatu sehingga terendus bau-bau wangi disekitar taman talenta.

            Sang anak dalam nalar kritisnya melanjutkan pertanyaannya. ‘mengapa tetangga nomor 10 menyalakan dupa-dupa wangi tersebut?’ tanya sang anak

Sang ayah yang telah merasa berhasil melewati pertanyaan ujian pertama, mulai berpikirkembali atas pertanyaan ujian toleransi yang kedua ini.

            Tembok rumah dengan plat nomor 10 besar tertempel disebelahnya atas nama Nyoman. Mrajan atau tempat ibadah terletak persis di taman pekarangan rumahnya. Sesajian terjajar rapi di depan Mrajan ibadah tersebut, sumber bau wewangian nampak jelas berasal dari Mrajan ibadah tersebut. Sang ayah memandangi dari atas hingga bawah rumah pak Nyoman, memang nampak berbeda dengan rumah nomor 9 maupun 11.  Keempat rumah yang mengelilingi taman talenta tersebut tidaklah sama.

            Sang ayah tidak lagi menjawab dengan pelangi, namun sumber inspirasi jawaban ditemukannya melalui tanaman-tanaman yang berjajar rapi di taman talenta. Tanaman tersebut meskipun berjajar rapi tidak saling berebut, ia mengetahui posisinya masing-masing, siapa dirinya masing-masing, dan menebarkan manfaat bagi orang yang mengunjunginya, yaitu udara yang bersih dihasilkan oleh tanaman-tanaman tersebut. Meskipun berbeda jenis tanaman, namun ia menebar manfaat yang sama, yakni memberikan keteduhan serta udara bersih bagi orang disekitarnya.

            Adik itu ibarat pohon-pohon tersebut, meskipun jenis pohonnya tidak sama namun memiliki peran yang sama bagi manusia disekitarnya. Tetangga kita nomor 10 juga ibarat pohon lainnya, ia berbeda dengan kita namun tugasnya sebagai pohon juga sama yaitu memberikan kebaikan bagi orang disekitarnya.

            Sang adik yang mulai paham akan penjelasan ayah terbang dalam angannya, ia membayangkan kebahagiaan yang dirasakan oleh kakek-kakek dan nenek-nenek perumahan srikandi yang sedang bernyanyi setiap minggunya di taman talenta. Duduk bersama, bercengkerama sembari minum teh hangat, rukun dan saling membantu satu sama lainnya.

            Dalam angannya ia terkaget dengan suara ketukan pintu dengan irama empat per empat laksana lagu indonesia raya.

‘dok..dok..dok..dok” suara ketukan pintu pertama

dok..dok..dok..dok...dok..’ suara ketukan pintu kedua

assalamualaikum’ sahutan pengiring ketukan pintu berikutnya

Sang anak menjawab ‘waalaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh’

            Pak Ujang adalah tetangga nomor 11 yang sedang mengantarkan nasi ‘berkat’, ia bersama warga sedang syukuran atas kelahiran putra tercintanya dan membagikan makanan kepada tetangga-tetanggaanya nomor  1 sampai 20.

            Untuk ketiga kalinya, sang anak bertanya dalam nalar kritisnya. ‘ pak Ujang kok juga mengetuk pintu nomor 9,dan 10  ?

            “Bukankah Pak Ujang beragama Islam ?, dan tetangga nomor 9 kristen, nomor 10 hindu?” tanya anak kepada ayahnya

            Sang ayah terdiam juga untuk ketiga kalinya. Karena tak kunjung menjawab, sang anak berinisiatif bertanya langsung ke Pak Ujang dengan mengikutinya sampai di depan pintu tetangga nomor 10.

            “pak Ujang, kenapa memberi makan tetangga nomor 9 dan 10, bukankah mereka tidak beragama Islam?”

            Pak Ujang menjawab dengan tegas bahwa makanan-makanan tersebut dimasak bersama dengan tetangga nomor 9 dan 10 termasuk Ibumu juga, sayurnya ambil daun kelor dari tanaman di taman talenta yang ditanam bersama-sama. Buahnya juga mengambil dari pohon mangga yang sedang ranum berbuah di taman talenta.

            Meskipun berbentuk taman, namun berbagai jenis tanaman-tanaman berbeda yang ditanam adalah jenis tanaman yang memiliki manfaat untuk warga sekitar taman. Dari warga untuk warga.

            Sang anak nampak gembira sekali dengan jawaban dari Pak Ujang, ternyata untuk bisa hidup rukun tidak perlu membeda-bedakan agama, namun harus saling menghargai, saling berbagi, saling menghormati, menjadi kunci hidup berdampingan yang bahagia di Bumi Srikandi Blimbing Kota Malang.

            Momen lebaran 2025 bagi sang anak menjadi lebih sempurna, tatkala pulang dari shalat idul fitri di masjid perumahan, ia bersama ibunya turut membawa baki berisi makanan kupat lontong lengkap dengan ayamnya disajikan di taman talenta yang teduh, dan disantap bersama-sama keluarga Srikandi yang berbeda-beda tetapi tetap satu keluarga. Indonesia.

 

#ToleransiDiHariRaya #SalingJaga #LingkunganHariRaya #YCG #GuruBineka #GuruJagaLingkungan

 



Hasan Albana (hhasanaalbana@gmail.com) 085645466162 Kota Malang

Nb: taman talenta terletak di Jl.Comal Perumahan Srikandi Blimbing Kota Malang

Bineka tunggal ika: berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan, hidup rukun

Berbagai pemeluk agama terletak di perumahan ini, namun kerukunan dan toleransi sangat nampak terasa. Semoga di daerah lain juga mengalami hal yang sama

Semoga....